George Soros, Dituding ‘Biang Kerok’ Krisis Moneter 1998
Krisis moneter yang pernah terjadi secara masif di Asia tak terkecuali
di Indonesia pada tahun 1998 tidak bisa
dilepaskan dari nama George Soros. Diduga hedge fund yang telah terkenal
di dunia yaitu George soros lah yang membuat mata uang di Asia terpuruk. Beberapa
saat sebelum krisis moneter terjadi, ada perusahaan hedge fund yang
bernama Quantum Fund sedang melakukan transaksi dalam jumlah yang besar di
Asia. Setelah diselidiki ternyata perusahaan tersebut dikelola oleh George
soros.
Hedge fund sendiri diartikan sebagai wadah investasi dimana
kegiatannya adalah menghimpun dari berbagai investor besar untuk selanjutnya
dikelola dengan strategi tertentu untuk mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyanya. Hedge fund biasanya mengharapkan profit secara
agresif dengan cara mengelola berbagai instrumen seperti saham, komoditi
berjangka, valas, atau pun instrumen derivatif lainnya.
Melalui perusahaan hedge fund yang dimilikinya,
George soros melakukan spekulasi atas mata uang Baht (Thailand) pada tahun
1997. George soros memprediksi bahwa devaluasi pada mata uang Baht akan terjadi
sangat parah. Pada tahun 1997, nilai mata uang baht Thailand disenilaikan (peg)
dengan dollar Amerika. Hal tersebut membuat korporasi di Thailand merasa aman
berhutang dengan denominasi dollar Amerika. Disisi lain, pada tahun tersebut
nilai mata uang dollar Amerika terus bullish. Hal tersebut tentu akan
menggerus transaksi berjalan Thailand dan tak sanggup lagi melakukan
disenilaikan (peg) atas dollar Amerika. Disitulah kepanikan mulai terjadi dan
nilai Baht terus terjun bebas sampai menyentuh angka 60% melawan dollar Amerika
dan disinyalir Quantum Fund memperoleh cuan yang sangat fantastis. Dengan
kondisi yang semakin parah dan kepanikan yang terus terjadi, kondisi tersebut
menular ke negara-negara Asia tidak terkecuali Indonesia.
Sebelum mengguncang perekonomian Asia yang membuat
krisis moneter pada tahun 1998, George soros juga dianggap pernah membuat Inggris
tumbang pada tahun 1992 yang dikenal dengan peristiwa Black Wednesday. Pada buku karangan Robert Slater yang
berjudul "Soros: The Life, Times, and Trading Secrets of the World's Greatest
Investor", sangat jelas dijelaskan kelalaian finansial
Inggris selama bergabung menjadi anggota Uni Eropa. Diberbagai kalangan antar
negara menganggap insting spekulan George soros sangat tinggi dan eksistensinya
tidak diragukan lagi.
Pada beberapa tahun sebelum terjadinya krisis moneter
pada tahun 1998, Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang kondisi
perekonomiannya cukup baik. Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa indikator
makro ekonomi Indonesia bahwa tingkat pertumbuhan PDB, perkembangan nilai
investasi, tingkat inflasi, besarnya aliran modal dll sedang bagus. Indonesia
dan negara-negara Asia Timur lainnya sedang mengalami pertumbuhan PDB per
kapita meningkat sampai dua kali lipat dibandingkan dengan kawasan lainnya. Namun
ketika krisis moneter terjadi, ekonomi Indonesia hancur dari rata-rata 6%
menjadi minus 13%. Disinyalir hal tersebut didukung dengan fundamental
Indonesia yang cukup lemah.
Kebijakan pemerintah Indonesia yang berusaha menahan
tekanan atas Rupiah pun akhirnya tidak kuat juga dan pecah pada tahun 1998.
Dalam kurun waktu tahun 1997 – 1998, diperkirakan bahwa depresiasi Rupiah
terhadap Dollar Amerika terhitung sampai 614,8 %. Nilai tersebut tentu sangat
fantastis dan tidak heran apabila terjadi kepanikan di masyarakat. Dengan dampak
yang begitu luar biasa, pemerintah berusaha menguatkan ekonomi domestik
sehingga di Indonesia tidak terlalu parah terdampak atas tekanan dari luar.
Dengan adanya spekulan mata uang luar negeri, sedikit banyak akan mencederai mata uang Rupiah juga, apalagi kalau Indonesia berhubungan erat dengan mata uang yang dijadikan spekulasi tersebut dan kondisi domestik di Indonesia yang tidak kuat. Nama George soros disebagian masyarakat dianggap sangat perperan atas keruntuhan perekonomian Asia pada saat itu.
Posting Komentar untuk "George Soros, Dituding ‘Biang Kerok’ Krisis Moneter 1998"